Terpisah dari Pasangan Bisa Akibatkan Depresi


Terpisah dari Pasangan Bisa Akibatkan Depresi. Para ahli bisa jadi akan membuktikan kata-kata puisi yang lama dikenal yakni : Ketiadaan pasangan membuat hati menjadi kosong.

Bekerja dengan hewan pengerat mirip tikus, yakni tikus hidung bulat padang rumput di daratan Eurasia dan Amerika Utara, para ahli menemukan hubungan monogami yang dekat, menyebabkan perubahan kimia pada otak. Perubahan itu diakibatkan pelepasan senyawa yang berperan membangun loyalitas namun berperan pula depresi saat terpisah dari pasangan.

Terpisah dari Pasangan Bisa Akibatkan Depresi


Para ahli itu menemukan, setelah empat hari si tikus dipisahkan dari pasangannya, pengerat jantan mengalami perubahan di pusat emosional dalam otak. Itu menyebabkan mereka tidak responsif dan apatis. Namun saat obat yang memblok senyawa kimia otak diberikan, si tikus yang kesepian terlihat dapat melepaskan kepanikan.

Tikus padang rumput tadi digunakan dalam penelitian sebab itu ialah sedikit hewan yang berpasangan monogami seperti manusia. Meski tikus sewaktu-waktu meninggalkan sarang, namun akhirnya mereka pulang ke pasangan hidup mereka untuk membesarkan keturunan.

Adapun senyawa kimia yang ditemukan para ahli memiliki peran kunci pembentukan ikatan loyalitas yaitu bernama Corticotropin-releasing factor atau CRF. Itu terungkap ketika peneliti membedah otak para tikus, mereka menemukan peningkatan level CRF. Senyawa yang lama diketahui memiliki peran dalam depresi.

Namun grup 10 tikus yang dipisahkan dari saudara kandung jantan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda depresi sama sekali, menandakan jika ada yang istimewa dari ikatan monogami.

Setelah memisahkan sembilan tikus padang rumput jantan dari pasangan mereka, Larry J Young, ahli syaraf dengan koleganya dari Universitas Emory dan Universitas Regensburg, Jerman mengetes kemampuan para hewan untuk mengatasi stres.

Saat ditempatkan di sebuah kolam air, para tikus mengambang dengan pasif ketimban mencoba berenang. Dalam tes kedua, hewan-hewan tersebut gagal mempertahankan diri ketika menggantung dengan ekor mereka.

Para tikus memperlihatkan tingkah laku depresi," ujar Larry. Mereka menjadi lebih pasif, seperti ingin menyerah," imbuhnya.

Kimia yang sama juga ditemukan di otak manusia, dan ahli mengatakan riset tersebut bisa memberikan titik cerah untuk menerapi depresi manusia akibat kedukaan dan keterpisahan dari orang yang dicintai.

"Kapan pun anda membentuk ikatan pasangan, itu mengubah senyawa kimia syaraf neuron,"ujar Larry, pimpinan penelitian tersebut. "Jika anda kehilangan partner, itu akan membawa dampak dramatik kepada otak," kata Larry lagi seperti yang dikutip oleh Telegraph.co.uk.

Meski, para ahli juga menekankan bila hubungan manusia tentu lebih kompleks daripada ikatan antar hewan, sebab melibatkan budaya, masyarakat, dan pemikiran rasional. Oleh karena itu, apa yang didapat dari si tikus kecil hanyalah pengetahuan kecil.

"Ketika manusia berduka mereka tidak lantas menyerah dan duduk dam," ujar George Bonano, seorang psikologis sekaligus pengajar di Universitas Colombia AS yang juga mempelajari proses keterpurukan. "Mereka tetap memiliki tingkah laku dengan tujuan meski dalam perasaan sedih," imbuhnya.

Meski demikian Larry mengatakan jika penelitian tersebut mungkin membantu menjelaskan apa yang dirasakan orang kesepian ketika pasangan hidup mereka pergi atau mati. Hasil penelitian, yang diterbitkan di jurnal Neuropsychopharmacology, juga memberi titik cerah mengapa pasangan tetap bertahan pada hubungan yang buruk.

Namun, C. Sue Carter, seorang guru besar dalam psikiatri di Universitas Illinois, Chicago, AS yang juga bekerja dengan tikus padang rumput memperingatkan untuk tidak menyamakan hewan dengan manusia, dan menambahkan jika ada banyak cara untuk mengintepretasikan tingkah laku mereka.

"Apa yang manusia sebut depresi, bisa berarti strategi beradaptasi,"ujar Sue. Sementara menurut Sue, tikus padang rumput mungkin lebih sederhana, menyimpan tenaga mereka untuk hal lebih penting. "Bisa jadi untuk mencari pasangan baru," ujar Sue memberi opsi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesehatan (50) Fisikologi Anak (37) Ibu dan Buah Hati (36) Rahasia Pria (33) Pasangan Hidup (31) Fisikologi (30) Anak (29) Agama (28) Tips dan Triks (28) Karyawan (25) Puasa Dan Lebaran (25) Ramuan Herbal (25) Kehamilan (23) Filosofi (21) Orang Tua (20) Penyakit (20) Rahasia Wanita (20) Beauty (19) Rahasia Tubuh (19) Produk (18) Suami Isteri (17) Tips and Trick (17) Health (16) Insomnia (16) Pendidikan (16) Pendidikan Anak (15) Rumah Tangga (15) Gaya Hidup (14) Lifestyle (14) Mitos dan Fakta (13) Tekhnologi Untuk Anak (13) Bahasa Tubuh (12) Budaya (12) Kasih Sayang (12) Kecerdasan Anak (12) Friendships (11) Kecantikan (11) No Smoking (11) Remaja (11) Diet (10) Kehidupan (10) Masalah Tidur Pada Anak (10) Autisme (9) Breast Bancer (9) Kesehatan Anak (9) Beauty Products (8) Makanan (8) Dating (7) Fashions (7) Kesehatan Wanita (7) Kesehatan Gigi (7) Moral (7) Beauty Recipes (6) Facebook (6) Hukum Islam (6) Kartu Kredit (6) Perawatan Rambut (6) Pernikahan (6) Perselingkuhan (6) Jewelry (5) Kesehatan Kulit (5) Pengobatan (5) Bayi Prematur (4) Breast Feeding (4) Fenomena (4) Keamanan (4) Products (4) Therapy (4) Wedding (4) Baby Gift (3) Baby games (3) Inner Beauty (3) Kejahatan (3) Multivitamin (3) Online Dating (3) Pendidikan Keluarga (3) Rezeki (3) Seluk Beluk Payudara (3) Seni Bercinta (3) Tekhnologi (3) Baby Names (2) Internet Marketing (2) Kanker Payudara (2) Kesehatan Telinga (2) Nasionalisme (2) Natural Beauty (2) Para Penguasa (2) Penyakit Jantung (2) Seksologi (2) Selebritis (2) Sleep (2) Teroris (2) Tontonan Anak (2) Alergi (1) Cancer (1) Demam Berdarah (1) Diabetes (1) Indonesia (1) Kenangan (1) Kesehatan Mata (1) Lung Cancer (1) Natural Product (1) Party (1) Penyakit Maag (1) SEO (1) Science (1) Seluk Beluk Ciuman (1) Seluk Beluk Vagina (1) Wa (1) m (1)