Alergi Berresiko Terhadap Tumbuh Kembang Anak


Alergi Dan Resiko Tumbuh Kembang Anak. Resiko alergi yang perkembangannya cukup menghawatirkan ternyata berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak-anak yang dinyatakan positif mengidap alergi, baik karena faktor genetik, maupun karena faktor lingkungan yang menyebabkan anak-anak tersebut rentan terkena alergi.

Kekhawatiran itu memang bukan tanpa alasan. Pasalnya, alergi yang merupakan reaksi kekebalan tubuh yang menyimpang, dapat menimbulkan gejala-gejala yang merugikan tubuh, mulai dari gangguan pernafasan, kulit hingga mata. Dan peningkatan penderita alergi setiap tahunnya terus meningkat, dimana sebagian besar penderita alergi adalah anak-anak.

Banyak faktor yang mengindikasi seorang anak mengidap suatu alergi, diantaranya faktor genetik dimana jika kedua orangtuanya memiliki riwayat alergi, maka 40-60 persen anaknya berisiko terkena alergi. Dan jika salah satu dari orangtua positif mengidap alergi, maka peluang anak terkena alergi yaitu 40 persen.

Sementara itu apabila satu orang saudara sekandung terkena alergi, maka potensi penularan terhadap saudara sekandungnya yang lain yakni 25-30 persen. Ada pula kasus dimana kedua orangtuanya tidak memiliki riwayat alergi, namun anaknya tetap memiliki potensi terkena alergi yaitu sebesar 5-15 persen.

Resiko alergi sebenarnya dapat dikurangi sejak calon bayi masih didalam kandungan ibunya dan pada saat pemberian ASI (Air Susu Ibu). Ibu yang sedang mengadung, disarankan untuk menjaga pola makanannya, agar tidak berdampak buruk terhadap perkembangan dan kesehatan janinnya. Namun tidak pula disarankan untuk mengurangi asupan makanan, karena dikhawatirkan bisa menyebabkan kekurangan gizi.

Dan dalam masa-masa menyusui, sang ibu juga harus mengimbangi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, karena setiap makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh, merupakan manifestasi bagi perkembangan anak.

“Perlu dilakukan deteksi dini alergi pada anak apabila salah satu atau kedua orangtuanya memiliki riwayat alergi. Apabila bakat alergi telah diketahui sejak dini, maka orangtua dapat membuat strategi untuk mengurangi resiko alergi tersbut seperti mengatur pola makan” ujar Dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K), seorang pakar imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), dalam pers conference yang diadakan oleh PT Nestle Indonesia.

Dari segi asupan makanan, alergi juga bisa disebabkan oleh telur ayam, gandum, kacang, ikan dan susu sapi. Susu sapi merupakan penyebab alergi terbesar pada anak.

Alergi makanan biasanya dapat dialami pada tahun-tahun pertama kehidupan anak pengidap alergi maupun yang memiliki bakat alergi (atopik) yakni sebesar 5-8%. Dan hal itu terkait dengan saluran pencernaan anak yang belum sempurna.

Sebagai langkah antisipasi, ada empat strategi pengaturan pola makan yang dapat dilakukan untuk menghindari alergi makanan pada anak. Pertama, memperkuat usus pencernaan dengan penggunaan probiotik. Kedua, pemberian ASI eksklusif, terutama 6 bulan pertama.

Langkah ketiga yakni mengatur pola makan tambahan, dan yang keempat, meningkatkan asupan omega 3 yang mengandung asam lemak dan Vitamin D. namun pemberian asupan makanan juga harus diperhatikan secara seksama, karena kondisi saluran si kecil belum sempurna.

Dalam kesempatan yang sama, Pakar di bidang probiotik dan alergi dari Australia Prof. Peter Kenneth Smith, MBBS BmedSci FRACP PhD, memaparkan bahwa anak yang usianya dibawah satu tahun yang tidak mendapatkan asupan ASI yang cukup, perlu mendapatkan asupan makanan yang mengandung formula hipoalergenik yang disertai probiotik, agar dapat mengurangi munculnya resiko alergi.

Lebih lanjut Prof Smith menerangkan bahwa Formula hipoalergenik merupakan formula yang dirancang dan mengandung zat yang kurang atau tidak memicu reaksi alergi. Sedangkan probiotik merupakan bakteri hidup yang apabila ditambahkan pada makanan akan memberikan manfaat untuk meningkatkan kesehatan flora usus dan dapat berguna untuk membatu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

“Apabila seorang anak memiliki jumlah probiotik yang cukup, maka tubuhnya akan menjadi lebih kuat untuk menahan serangan penyakit dan alergi,” ungkap Prof Smith. [ hanyawanita ]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kesehatan (50) Fisikologi Anak (37) Ibu dan Buah Hati (36) Rahasia Pria (33) Pasangan Hidup (31) Fisikologi (30) Anak (29) Agama (28) Tips dan Triks (28) Karyawan (25) Puasa Dan Lebaran (25) Ramuan Herbal (25) Kehamilan (23) Filosofi (21) Orang Tua (20) Penyakit (20) Rahasia Wanita (20) Beauty (19) Rahasia Tubuh (19) Produk (18) Suami Isteri (17) Tips and Trick (17) Health (16) Insomnia (16) Pendidikan (16) Pendidikan Anak (15) Rumah Tangga (15) Gaya Hidup (14) Lifestyle (14) Mitos dan Fakta (13) Tekhnologi Untuk Anak (13) Bahasa Tubuh (12) Budaya (12) Kasih Sayang (12) Kecerdasan Anak (12) Friendships (11) Kecantikan (11) No Smoking (11) Remaja (11) Diet (10) Kehidupan (10) Masalah Tidur Pada Anak (10) Autisme (9) Breast Bancer (9) Kesehatan Anak (9) Beauty Products (8) Makanan (8) Dating (7) Fashions (7) Kesehatan Wanita (7) Kesehatan Gigi (7) Moral (7) Beauty Recipes (6) Facebook (6) Hukum Islam (6) Kartu Kredit (6) Perawatan Rambut (6) Pernikahan (6) Perselingkuhan (6) Jewelry (5) Kesehatan Kulit (5) Pengobatan (5) Bayi Prematur (4) Breast Feeding (4) Fenomena (4) Keamanan (4) Products (4) Therapy (4) Wedding (4) Baby Gift (3) Baby games (3) Inner Beauty (3) Kejahatan (3) Multivitamin (3) Online Dating (3) Pendidikan Keluarga (3) Rezeki (3) Seluk Beluk Payudara (3) Seni Bercinta (3) Tekhnologi (3) Baby Names (2) Internet Marketing (2) Kanker Payudara (2) Kesehatan Telinga (2) Nasionalisme (2) Natural Beauty (2) Para Penguasa (2) Penyakit Jantung (2) Seksologi (2) Selebritis (2) Sleep (2) Teroris (2) Tontonan Anak (2) Alergi (1) Cancer (1) Demam Berdarah (1) Diabetes (1) Indonesia (1) Kenangan (1) Kesehatan Mata (1) Lung Cancer (1) Natural Product (1) Party (1) Penyakit Maag (1) SEO (1) Science (1) Seluk Beluk Ciuman (1) Seluk Beluk Vagina (1) Wa (1) m (1)