“Selamat pagi Pak Fulan, saya ucapkan selamat ternyata nama Bapak masuk dalam daftar prioritas Bank kami untuk mendapatkan Kartu Kredit Platinum dengan syarat ringan saja. Plus bonus untuk Bapak, bebas iuran tahunannya untuk dua tahun pertama.” Tawaran yang menarik bukan? Saya yakin pembaca yang budiman sering mendapatkan tawaran seperti ini. Tahukah anda bahwa dibalik pernyataan yang menggiurkan itu ada perangkap yang disebut “UTANG”?
Utang berarti mengurangi daya beli kita dimasa yang akan datang. Kalau pengurangan daya beli tersebut bertambah terus (alias utangnya bertambah terus), alhasil kita akan kehilangan daya beli di kemudian hari. Hal tersebut sering disebut terjerat utang. Kita mendapatkan penghasilan hanya untuk menutupi utang-utang kita. Lantas bagaimana nasib beban finansial lainnya? Seperti kebutuhan pokok, uang sekolah anak, transport, listrik, telpon dan lain-lain?, mencari utang baru?, makin terpuruk dong.
Di sisi lain utang juga sebagai penolong, sering kita dihadapkan pada situasi, butuh dana segera sedangkan penghasilan kita saat itu tidak mencukupi. Tentu salah satu solusinya adalah berutang. Lantas bagaimana kita mengelolanya agar kita terhindar dari cengkraman utang. Dua pertanyaan berikut akan mengarahkan anda agar terhindar dari cengkraman utang. Apakah penghasilan saya mampu membayar pinjaman / kredit sesuai yang diperjanjikan dimasa yang akan datang?
Jebakan utang bermula pada saat kita tidak waspada akan kemampuan kita sendiri. Karena kemudahan akan meminjam atau mengambil kredit, membuat kita lupa akan kewajiban kita dikemudian hari untuk membayar cicilannya. Besar pasak daripada tiang merupakan ancaman serius kalau kita kurang waspada. Selalu sempatkan mengevaluasi dahulu kemampuan kita sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman atau kredit. Saya sarankan seluruh jumlah cicilan yang harus dibayar di bulan-bulan berikutnya tidak lebih dari 30 persen dari total penghasilan bulanan.
Apakah pinjaman / kredit didasarkan pada kebutuhan saya atau hanya keinginan saya? Sangat tipis memang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Seorang teman mendefinisikan, untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya. Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya. Jadi kata kuncinya adalah pada fungsi.
Contoh sederhana, makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Bukan cuma manusia, setiap makhluk hidup butuh yang namanya makan. Makan akan memberikan tenaga dan kesehatan bagi manusia, maka makan makanan yang bergizi adalah kebutuhan kita semua. Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh. Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak. Hanya saja kita perlu mempertimbangkan dulu apakah pengeluaran untuk makanan enak itu akan mengorbankan kebutuhan yang lain atau tidak.
Nah, serupa halnya dalam mengambil keputusan pengambilan pinjaman atau kredit. Karena kita akan mengorbankan daya beli kita dimasa yang akan datang, sebaiknya tekankan pinjaman atau kredit pada fungsi utamanya, sesuai kebutuhan kita. Bersabar dahulu atas keinginan kita untuk mendapatkan fungsi tambahannya.
Sebagai contoh, memiliki rumah sendiri adalah kebutuhan setiap orang. Selain manfaat untuk bernaung dan berlindung, memiliki rumah sendiri juga memberikan keuntungan pertambahan nilainya. Harga tanah biasanya tidak pernah menurun. Satu diantara cara untuk memiliki tempat tinggal adalah dengan Kredit Pemilikan Rumah memelalui Bank. Tinjau dulu kemampuan penghasilan kita untuk membayar cicilannya dan jangan lupa mempelajari persyaratan yang dikenakan oleh Bank tersebut. Sebagai nasabah kita memiliki kekuatan untuk tawar menawar dalam hal kondisi utang piutang, cara pembayaran dan penentuan suku bunga kreditnya. Dan jangan lupa untuk menekan keinginan yang berlebihan. Kalau masih tinggal sendiri, kita tidak membutuhkan 5 kamar tidur, bukan?
Kita tidak perlu takut untuk berutang selama kita waspada pada kemampuan dan kebutuhan atas manfaat dari utang tersebut. Akan menjadi mencelakakan bila kita lengah. Nah bagaimana halnya apabila anda terlanjur memiliki utang, dan ingin mengetahui apakah anda sudah masuk pada cengkraman utang atau belum?
Cocokkan perilaku anda terhadap kredit atau pinjaman dengan pernyataan-pernyataan berikut :
Utang berarti mengurangi daya beli kita dimasa yang akan datang. Kalau pengurangan daya beli tersebut bertambah terus (alias utangnya bertambah terus), alhasil kita akan kehilangan daya beli di kemudian hari. Hal tersebut sering disebut terjerat utang. Kita mendapatkan penghasilan hanya untuk menutupi utang-utang kita. Lantas bagaimana nasib beban finansial lainnya? Seperti kebutuhan pokok, uang sekolah anak, transport, listrik, telpon dan lain-lain?, mencari utang baru?, makin terpuruk dong.
Di sisi lain utang juga sebagai penolong, sering kita dihadapkan pada situasi, butuh dana segera sedangkan penghasilan kita saat itu tidak mencukupi. Tentu salah satu solusinya adalah berutang. Lantas bagaimana kita mengelolanya agar kita terhindar dari cengkraman utang. Dua pertanyaan berikut akan mengarahkan anda agar terhindar dari cengkraman utang. Apakah penghasilan saya mampu membayar pinjaman / kredit sesuai yang diperjanjikan dimasa yang akan datang?
Jebakan utang bermula pada saat kita tidak waspada akan kemampuan kita sendiri. Karena kemudahan akan meminjam atau mengambil kredit, membuat kita lupa akan kewajiban kita dikemudian hari untuk membayar cicilannya. Besar pasak daripada tiang merupakan ancaman serius kalau kita kurang waspada. Selalu sempatkan mengevaluasi dahulu kemampuan kita sebelum memutuskan untuk mengambil pinjaman atau kredit. Saya sarankan seluruh jumlah cicilan yang harus dibayar di bulan-bulan berikutnya tidak lebih dari 30 persen dari total penghasilan bulanan.
Apakah pinjaman / kredit didasarkan pada kebutuhan saya atau hanya keinginan saya? Sangat tipis memang perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Seorang teman mendefinisikan, untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya. Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya. Jadi kata kuncinya adalah pada fungsi.
Contoh sederhana, makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan. Bukan cuma manusia, setiap makhluk hidup butuh yang namanya makan. Makan akan memberikan tenaga dan kesehatan bagi manusia, maka makan makanan yang bergizi adalah kebutuhan kita semua. Makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh. Sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan. Maka makanan enak adalah keinginan, bukan kebutuhan. Tapi bukan berarti tidak boleh makan makanan yang enak-enak. Hanya saja kita perlu mempertimbangkan dulu apakah pengeluaran untuk makanan enak itu akan mengorbankan kebutuhan yang lain atau tidak.
Nah, serupa halnya dalam mengambil keputusan pengambilan pinjaman atau kredit. Karena kita akan mengorbankan daya beli kita dimasa yang akan datang, sebaiknya tekankan pinjaman atau kredit pada fungsi utamanya, sesuai kebutuhan kita. Bersabar dahulu atas keinginan kita untuk mendapatkan fungsi tambahannya.
Sebagai contoh, memiliki rumah sendiri adalah kebutuhan setiap orang. Selain manfaat untuk bernaung dan berlindung, memiliki rumah sendiri juga memberikan keuntungan pertambahan nilainya. Harga tanah biasanya tidak pernah menurun. Satu diantara cara untuk memiliki tempat tinggal adalah dengan Kredit Pemilikan Rumah memelalui Bank. Tinjau dulu kemampuan penghasilan kita untuk membayar cicilannya dan jangan lupa mempelajari persyaratan yang dikenakan oleh Bank tersebut. Sebagai nasabah kita memiliki kekuatan untuk tawar menawar dalam hal kondisi utang piutang, cara pembayaran dan penentuan suku bunga kreditnya. Dan jangan lupa untuk menekan keinginan yang berlebihan. Kalau masih tinggal sendiri, kita tidak membutuhkan 5 kamar tidur, bukan?
Kita tidak perlu takut untuk berutang selama kita waspada pada kemampuan dan kebutuhan atas manfaat dari utang tersebut. Akan menjadi mencelakakan bila kita lengah. Nah bagaimana halnya apabila anda terlanjur memiliki utang, dan ingin mengetahui apakah anda sudah masuk pada cengkraman utang atau belum?
Cocokkan perilaku anda terhadap kredit atau pinjaman dengan pernyataan-pernyataan berikut :
- Selalu atau sering terlambat membayar tagihan anda.
- Selalu atau sering kali melakukan pembayaran kartu kredit pada batas minimum.
- Menggunakan kartu kredit untuk membeli barang-barang mewah.
- Mencari pinjaman baru untuk menutupi utang lama.
- Menarik nilai tunai dari polis asuransi anda.
- Tidak memiliki saldo yang berarti dalam tabungan anda.
- Meminjam uang dari teman anda.
- Anda sangat berharap dan mengandalkan kenaikan gaji atau bonus dan lembur untuk membiayai kebutuhan bulanan anda.
- Mengambil kredit untuk kendaraan dan peralatan rumah tangga pada Bank atau Institusi Finansial lainnya.
- Sering menggunakan kartu kredit untuk menarik uang tunai.
- Tekan pengeluaran hingga menghasilkan surplus untuk dapat anda sisihkan.
- Buat daftar prioritas pelunasan utang dibulan berikutnya dari surplus yang didapat.
- Bila masih belum mencukupi, tingkatkan penghasilan Anda dengan bekerja lebih keras dan cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar