Ciptakan Rumah Sebagai Sorga Yang Paling Menyenangkan Bagi Anak. Kehadiran bayi selalu ditunggu-tunggu dalam keluarga. Terutama pasangan yang baru yang berharap menimang bayi untuk pertama kalinya. Segala keperluan dan kebutuhan bayi diperhatikan dan berusaha dipenuhi.
Namun, seiring perkembangan bayi dari bulan ke bulan, bertambah pula tingkahnya. Saat bayi sudah bisa bergerak sendiri, tanpa bantuan orangtua atau orang dewasa lainnya, ia mencoba mengeksplorasi hal-hal baru di sekitarnya.
Memukul, berguling, dan duduk merupakan aktivitasnya sehari-hari. Belum lagi saat ia merangkak dan menaiki perabotan yang ada di rumah. Kekhawatiran pun terbit. Maklum, keingintahuan bayi justru berbahaya, mengingat mereka belum berpengalaman.
Untuk mengatasi semua itu, tak cukup dengan berteriak “Jangan lakukan itu Nak!” pada bayi Anda. Keselamatan bayi harus menjadi prioritas orangtua. Amankan rumah demi bayi Anda.
Tangan dan Kaki
Dari lantai, pandangan bayi berbeda dari orang-orang dewasa. Merangkak dari satu ruangan ke ruangan lainnya sembari mengambil benda-benda di sekitarnya. Lalu ups…ia memasukkan benda-benda tersebut ke dalam mulut mungilnya hingga tersedak. Mungkin ia telah memakan kacang, anggur, tutup pena, maupun benda-benda lain yang biasa tercecer di lantai.
Tali dan Kabel
Bayi biasanya menarik-narik tali atau kabel yang bisa mereka jangkau. Jauhkan alat-alat listrik, telepon, atau kipas angin dari dekat tempat tidur bayi. Tak jarang pakaian yang dikenakannya pun mengundang bahaya. Pastikan baju bayi terpasang secara benar. Bayi yang tangkas biasanya memutar-mutar leher baju yang dipakainya. Jangan lupa selalu mengecek keadaan baju si bayi, terutama kondisi jahitan, benang, atau label yang tertera di sana. Bayi masih belum perlu memakai kalung, bando, atau kerudung kepala dari bahan karet.
Mainan
Mainan, hal paling menarik bagi bayi. Jangan asal memberi mainan, perhatikan keselamatannya, baik dari usia maupun jenis mainan. Jangan biarkan bayi Anda bermain dengan balon, kelereng, koin, atau benda-benda kecil lainnya. Buang mainan berbulu halus atau mainan yang pas di mulut bayi. Jangan memberi mainan yang bersenar. Buang bungkus plastik dan stiker yang tertempel di mainan baru. Pastikan bagian-bagian terkecil dari mainan, seperti mata atau kancing tertempel dengan benar dan aman.
Perabot Rumah Tangga
Pindahkan perabot rumah tangga yang sudah lapuk dan goyang, terutama bila bayi menggunakannya untuk berdiri. Rapatkan lemari buku atau perabot rumah tangga berukuran besar ke dinding. Kunci laci-lacinya rapat-rapat.
Keracunan
Untuk mencegah keracunan pada bayi, pastikan produk-produk yang berbahaya jauh dari jangkauannya. Waspadai item berikut ini, seperti alkohol, obat-obatan, vitamin, suplemen zat besi, pemutih, amoniak, sabun cuci piring, pengkilap furnitur, pembuka kran, pembersih toilet, pembersih oven, cat, maupun tiner. Pastikan produk-produk yang berbahaya tetap berada di bungkus aslinya, termasuk label produk yang mencantumkan informasi keselamatannya.
Tetap Aman
Anda bisa melakukan banyak hal untuk buah hati Anda, kapanpun. Saat bayi bertambah usianya, ia akan selalu mencari benda baru yang menarik perhatiannya. Tetap cek keadaan rumah dari atas ke bawah setiap bulannya, dan pastikan Anda telah melakukan segalanya untuk keselamatan bayi Anda.
Boks Bayi yang Aman
Tahukah Anda, bahwa menempatkan bayi di dalam boks bayi belum tentu aman baginya. Ada aturan main yang harus Anda ketahui agar bayi aman ketika berada dalam boks. Berikut tipsnya:
Anak-anak mulai menyenangi olahraga dan aktivitas luar ruang? Mengapa tidak! Wajar bila Anda merasa cemas. Namun, sebaiknya tetap mendukung jenis olahraga yang mereka pilih dengan tetap memerhatikan sisi keamanan dan kenyamanannya. Tidak kalah pentingnya, persiapkan mereka sejak dini dan teliti agar olahraga lebih berhasil guna ketimbang membuahkan celaka.
Selain itu, ujar Debra Alban, penulis rubrik olahraga keluarga di situs CNN, pertama-tama yang harus Anda lakukan adalah biarkan dokter memberi saran medis bahwa anak-anak siap secara fisik maupun psikis untuk melakukan aktivitas sedikit lebih keras dari biasanya.
“Olahraga adalah cara terbaik bagi anak-anak melatih sosialisasi sekaligus melatih fisik mereka agar tetap fit. Selain suasana bermain yang menyenangkan sekaligus aman juga mereka dapatkan,” begitu tekan pelatih kesehatan olahraga yang dikutip Alban. Tentu saja, memikirkan risiko yang bakal dialami anak-anak, seperti cedera fisik, atau tekanan kompetisi tidak jarang membuat mental dan emosi anak-anak terlukai, tetap jangan dianggap sepele.
Pusat Kontrol dan Pencegahan melaporkan, sedikitnya 20 persen pasien yang memenuhi instalasi gawat darurat didominasi mereka yang terluka dalam olahraga, rekreasi, dan latihan. 40 Persen pasien lainnya tercatat anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Antisipasi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya risiko cedera sebelum anak-anak melakukan olahraga? Pertama-tama, pastikan kalau anak-anak benar-benar memilih olahraga yang ingin ia lakukan dan bukan lantaran paksaan atau sekadar sok menjajal bergaya saja. “Biasanya anak-anak hanya melakukan jenis olahraga sesuai pilihannya,” ingat Dr Richard Ginsburg, psikolog di Harvard Medical School.
Memilih jenis olahraga dan memutuskan berapa lama mereka akan terlibat di dalamnya setidaknya menjadi modal awal bagi anak-anak untuk melakukan olahraga pilihannya dengan senang dan bergairah. Olahraga akan menjadi kurang menyenangkan jika tanpa disertai motivasi, imbuh Ginsburg yang juga penulis buku Whose Game Is It, Anyway?: Guide to Helpinh Your Child Get the Most from Sports, Organized by Age and Stage.
Di sinilah, tekan Ginsburg, peran aktif orangtua bisa ikut ‘bermain’ dalam jenis olahraga yang dipilih anak-anaknya. Misalnya dengan mendukung pilihan anak-anak mereka atau memberikan gambaran serta dampak olahraga yang mereka pilih pada kesehatan fisik serta mental mereka. Tentu saja, menyarankan olahraga sesuai dengan usia mereka.
Namun, pastikan anak-anak mendapatkan manfaat positif dari olahraga atau aktivitas luar ruang yang mereka pilih, saran Dr William O Roberts, mantan pelatih sepakbola di Universitas Minnesota, Amerika Serikat (AS).
Memastikan kesehatan anak-anak dalam kondisi terbaik sebelum mengizinkan mereka melakukan olahraga yang tergolong ‘keras’. Roberts menunjukkan hasil survei tahun 2004 yang menyebutkan 75 persen anak-anak yang menderita asma kurang dipersiapkan sebelum melakukan olahraga, atau tidak mengantisipasi jika serangan asma mendadak menghampiri selama dan saat melakukan olahraga. “Tentu saja hal tersebut sama pentingnya dengan mempersiapkan diri menghadapi kompetisi liga olahraga itu sendiri,” canda Robert.
Di atas segalanya, orangtua tentu akan merasa lebih tenang jika anak-anak mendapat pelatih yang kompeten di bidangnya. Anak-anak pun bisa aman dan nyaman ketika berlatih. Jika tidak? “Menjadi tugas orangtua untuk membekali anak-anak dengan pelatihan dasar sebagai langkah antisipasi. Misalnya pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kecil yang tidak diinginkan selama sesi latihan, lengkapi dengan catatan kesehatan mereka, terutama untuk anak-anak yang kondisi kesehatannya kurang mendukung, selain nomor kontak keluarga yang mudah dihubungi setiap saat,” saran Roberts seraya menekankan, “Pastikan, anak-anak Anda merasa senang dengan aktivitas yang dilakukannya.”
Menyenangkan
Namun, seiring perkembangan bayi dari bulan ke bulan, bertambah pula tingkahnya. Saat bayi sudah bisa bergerak sendiri, tanpa bantuan orangtua atau orang dewasa lainnya, ia mencoba mengeksplorasi hal-hal baru di sekitarnya.
Memukul, berguling, dan duduk merupakan aktivitasnya sehari-hari. Belum lagi saat ia merangkak dan menaiki perabotan yang ada di rumah. Kekhawatiran pun terbit. Maklum, keingintahuan bayi justru berbahaya, mengingat mereka belum berpengalaman.
Untuk mengatasi semua itu, tak cukup dengan berteriak “Jangan lakukan itu Nak!” pada bayi Anda. Keselamatan bayi harus menjadi prioritas orangtua. Amankan rumah demi bayi Anda.
Tangan dan Kaki
Dari lantai, pandangan bayi berbeda dari orang-orang dewasa. Merangkak dari satu ruangan ke ruangan lainnya sembari mengambil benda-benda di sekitarnya. Lalu ups…ia memasukkan benda-benda tersebut ke dalam mulut mungilnya hingga tersedak. Mungkin ia telah memakan kacang, anggur, tutup pena, maupun benda-benda lain yang biasa tercecer di lantai.
Tali dan Kabel
Bayi biasanya menarik-narik tali atau kabel yang bisa mereka jangkau. Jauhkan alat-alat listrik, telepon, atau kipas angin dari dekat tempat tidur bayi. Tak jarang pakaian yang dikenakannya pun mengundang bahaya. Pastikan baju bayi terpasang secara benar. Bayi yang tangkas biasanya memutar-mutar leher baju yang dipakainya. Jangan lupa selalu mengecek keadaan baju si bayi, terutama kondisi jahitan, benang, atau label yang tertera di sana. Bayi masih belum perlu memakai kalung, bando, atau kerudung kepala dari bahan karet.
Mainan
Mainan, hal paling menarik bagi bayi. Jangan asal memberi mainan, perhatikan keselamatannya, baik dari usia maupun jenis mainan. Jangan biarkan bayi Anda bermain dengan balon, kelereng, koin, atau benda-benda kecil lainnya. Buang mainan berbulu halus atau mainan yang pas di mulut bayi. Jangan memberi mainan yang bersenar. Buang bungkus plastik dan stiker yang tertempel di mainan baru. Pastikan bagian-bagian terkecil dari mainan, seperti mata atau kancing tertempel dengan benar dan aman.
Perabot Rumah Tangga
Pindahkan perabot rumah tangga yang sudah lapuk dan goyang, terutama bila bayi menggunakannya untuk berdiri. Rapatkan lemari buku atau perabot rumah tangga berukuran besar ke dinding. Kunci laci-lacinya rapat-rapat.
Keracunan
Untuk mencegah keracunan pada bayi, pastikan produk-produk yang berbahaya jauh dari jangkauannya. Waspadai item berikut ini, seperti alkohol, obat-obatan, vitamin, suplemen zat besi, pemutih, amoniak, sabun cuci piring, pengkilap furnitur, pembuka kran, pembersih toilet, pembersih oven, cat, maupun tiner. Pastikan produk-produk yang berbahaya tetap berada di bungkus aslinya, termasuk label produk yang mencantumkan informasi keselamatannya.
Tetap Aman
Anda bisa melakukan banyak hal untuk buah hati Anda, kapanpun. Saat bayi bertambah usianya, ia akan selalu mencari benda baru yang menarik perhatiannya. Tetap cek keadaan rumah dari atas ke bawah setiap bulannya, dan pastikan Anda telah melakukan segalanya untuk keselamatan bayi Anda.
Boks Bayi yang Aman
Tahukah Anda, bahwa menempatkan bayi di dalam boks bayi belum tentu aman baginya. Ada aturan main yang harus Anda ketahui agar bayi aman ketika berada dalam boks. Berikut tipsnya:
- Pastikan tempat tidur bayi dalam kondisi tak berbahaya.
- Jangan menaruh mainan-mainan kecil atau boneka berbulu halus dan lunak di buaian bayi. Sisihkan bantal yang terlalu banyak, sekiranya bayi sudah bisa berdiri.
- Pastikan tinggi buaian bayi tak lebih dari 2 3/8 inci, dan sisi-sisinya memiliki tempat untuk meletakkan kepala dan kaki.
- Jangan pakai buaian bayi yang kuno dan antik. Furnitur gaya lama biasanya memiliki dekorasi menonjol dan bisa melukai tangan dan kaki bayi.
- Pilih kasur yang pas dengan buaian. Lepaskan plastik pembungkusnya dan pasang sprei yang menggunakan resleting.
- Jangan menaruh tempat tidur bayi dekat jendela. Atau menggantung tas pampers atau benda lain di dekat tempat tidur bayi.
- Pindahkan telepon atau mainan dari tempat tidur bayi, sebelum mereka bisa menjangkaunya. mc/tis
Anak-anak mulai menyenangi olahraga dan aktivitas luar ruang? Mengapa tidak! Wajar bila Anda merasa cemas. Namun, sebaiknya tetap mendukung jenis olahraga yang mereka pilih dengan tetap memerhatikan sisi keamanan dan kenyamanannya. Tidak kalah pentingnya, persiapkan mereka sejak dini dan teliti agar olahraga lebih berhasil guna ketimbang membuahkan celaka.
Selain itu, ujar Debra Alban, penulis rubrik olahraga keluarga di situs CNN, pertama-tama yang harus Anda lakukan adalah biarkan dokter memberi saran medis bahwa anak-anak siap secara fisik maupun psikis untuk melakukan aktivitas sedikit lebih keras dari biasanya.
“Olahraga adalah cara terbaik bagi anak-anak melatih sosialisasi sekaligus melatih fisik mereka agar tetap fit. Selain suasana bermain yang menyenangkan sekaligus aman juga mereka dapatkan,” begitu tekan pelatih kesehatan olahraga yang dikutip Alban. Tentu saja, memikirkan risiko yang bakal dialami anak-anak, seperti cedera fisik, atau tekanan kompetisi tidak jarang membuat mental dan emosi anak-anak terlukai, tetap jangan dianggap sepele.
Pusat Kontrol dan Pencegahan melaporkan, sedikitnya 20 persen pasien yang memenuhi instalasi gawat darurat didominasi mereka yang terluka dalam olahraga, rekreasi, dan latihan. 40 Persen pasien lainnya tercatat anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Antisipasi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya risiko cedera sebelum anak-anak melakukan olahraga? Pertama-tama, pastikan kalau anak-anak benar-benar memilih olahraga yang ingin ia lakukan dan bukan lantaran paksaan atau sekadar sok menjajal bergaya saja. “Biasanya anak-anak hanya melakukan jenis olahraga sesuai pilihannya,” ingat Dr Richard Ginsburg, psikolog di Harvard Medical School.
Memilih jenis olahraga dan memutuskan berapa lama mereka akan terlibat di dalamnya setidaknya menjadi modal awal bagi anak-anak untuk melakukan olahraga pilihannya dengan senang dan bergairah. Olahraga akan menjadi kurang menyenangkan jika tanpa disertai motivasi, imbuh Ginsburg yang juga penulis buku Whose Game Is It, Anyway?: Guide to Helpinh Your Child Get the Most from Sports, Organized by Age and Stage.
Di sinilah, tekan Ginsburg, peran aktif orangtua bisa ikut ‘bermain’ dalam jenis olahraga yang dipilih anak-anaknya. Misalnya dengan mendukung pilihan anak-anak mereka atau memberikan gambaran serta dampak olahraga yang mereka pilih pada kesehatan fisik serta mental mereka. Tentu saja, menyarankan olahraga sesuai dengan usia mereka.
Namun, pastikan anak-anak mendapatkan manfaat positif dari olahraga atau aktivitas luar ruang yang mereka pilih, saran Dr William O Roberts, mantan pelatih sepakbola di Universitas Minnesota, Amerika Serikat (AS).
Memastikan kesehatan anak-anak dalam kondisi terbaik sebelum mengizinkan mereka melakukan olahraga yang tergolong ‘keras’. Roberts menunjukkan hasil survei tahun 2004 yang menyebutkan 75 persen anak-anak yang menderita asma kurang dipersiapkan sebelum melakukan olahraga, atau tidak mengantisipasi jika serangan asma mendadak menghampiri selama dan saat melakukan olahraga. “Tentu saja hal tersebut sama pentingnya dengan mempersiapkan diri menghadapi kompetisi liga olahraga itu sendiri,” canda Robert.
Di atas segalanya, orangtua tentu akan merasa lebih tenang jika anak-anak mendapat pelatih yang kompeten di bidangnya. Anak-anak pun bisa aman dan nyaman ketika berlatih. Jika tidak? “Menjadi tugas orangtua untuk membekali anak-anak dengan pelatihan dasar sebagai langkah antisipasi. Misalnya pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kecil yang tidak diinginkan selama sesi latihan, lengkapi dengan catatan kesehatan mereka, terutama untuk anak-anak yang kondisi kesehatannya kurang mendukung, selain nomor kontak keluarga yang mudah dihubungi setiap saat,” saran Roberts seraya menekankan, “Pastikan, anak-anak Anda merasa senang dengan aktivitas yang dilakukannya.”
Menyenangkan
- Pastikan semau fasilitas dan perlengkapan sudah mendukung jenis olahraga yang akan diikuti anak-anak. Lengkapi juga busana atau sepatu yang tepat agar mereka melakukannya dengan menyenangkan dan nyaman selama sesi latihan.
- Pastikan anak-anak sudah melakukan pemanasan sebelum melakukan sesi latihan dan memungkasi dengan pendinginan seusai sesi latihan.
- Sarankan kepada anak-anak bahwa mereka tidak dilarang jika rehat sesaat jika terlalu lelah selama sesi latihan, atau ketika hujan turun ketika latihan dilakukan di luar ruang.
- Di atas segalanya, olahraga bagi semua anak-anak adalah aktivitas yang menyenangkan bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar